Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta Pemerintah Republik Indonesia tidak membiarkan Amerika Serikat dan sekutunya terus menyerang Libya.
"Pemerintah harus mencari jalan tengah dengan tidak membiarkan serangan Amerika ke Libya tersebut," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di sela-sela rapat pleno PBNU di Kompleks Pesantren Krapyak, Yogyakarta, Minggu (27/3/2011).
PBNU sendiri sudah mengirimkan surat resmi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) agar berperan dan mengambil jalan tengah dalam krisis Timur Tengah, khususnya terkait penyerangan terhadap Libya oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
"Kalau Indonesia berbicara pasti akan didengar oleh negara-negara Arab, OKI, maupun Amerika Serikat sendiri," katanya.
Krisis di Timur Tengah dan serangan sekutu terhadap Libya merupakan salah satu agenda yang dibahas dalam rapat pleno PBNU yang dijadwalkan berlangsung hingga Senin (28/3).
Said Aqil sendiri menilai serangan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Libya tidak terlepas dari kepentingan mereka terhadap sumber-sumber minyak di negara itu.
Buktinya, negara-negara sekutu itu tidak melakukan aksi serupa di negara-negara Arab yang tidak kaya minyak, sekalipun juga mengalami krisis politik yang sama.
Said Aqil khawatir serangan sekutu terhadap Libya akan menelan korban jiwa yang semakin besar mengingat Muammar Qadhafi bukan tipikal pemimpin yang mudah menyerah.
Selain itu, serangan tersebut juga dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan baru di Libya, selain jelas-jelas melanggar kedaulatan negara itu. (ant/arrahmah.com)
"Pemerintah harus mencari jalan tengah dengan tidak membiarkan serangan Amerika ke Libya tersebut," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di sela-sela rapat pleno PBNU di Kompleks Pesantren Krapyak, Yogyakarta, Minggu (27/3/2011).
PBNU sendiri sudah mengirimkan surat resmi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) agar berperan dan mengambil jalan tengah dalam krisis Timur Tengah, khususnya terkait penyerangan terhadap Libya oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
"Kalau Indonesia berbicara pasti akan didengar oleh negara-negara Arab, OKI, maupun Amerika Serikat sendiri," katanya.
Krisis di Timur Tengah dan serangan sekutu terhadap Libya merupakan salah satu agenda yang dibahas dalam rapat pleno PBNU yang dijadwalkan berlangsung hingga Senin (28/3).
Said Aqil sendiri menilai serangan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Libya tidak terlepas dari kepentingan mereka terhadap sumber-sumber minyak di negara itu.
Buktinya, negara-negara sekutu itu tidak melakukan aksi serupa di negara-negara Arab yang tidak kaya minyak, sekalipun juga mengalami krisis politik yang sama.
Said Aqil khawatir serangan sekutu terhadap Libya akan menelan korban jiwa yang semakin besar mengingat Muammar Qadhafi bukan tipikal pemimpin yang mudah menyerah.
Selain itu, serangan tersebut juga dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan baru di Libya, selain jelas-jelas melanggar kedaulatan negara itu. (ant/arrahmah.com)