Sosiolog: Deradikalisasi Kaum Muda Perlu Segera Dilakukan

Yogyakarta, NU Online


Deradikalisasi terhadap kaum muda perlu segera dilakukan dalam konteks perkembangan saat ini untuk membentengi mereka dari pengaruh fundamentalisme, radikalisme, dan terorisme, kata sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Lambang Trijono.

"Deradikalisasi terutama diarahkan untuk menghentikan fundamentalisme agar tidak berkembang menjadi politik kekerasan dan terorisme," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, radikalisasi memang sedang mengintai kaum muda. Contohnya, banyak pemuda menjadi korban dan sekaligus pelaku kekerasan, seperti terungkap dalam kasus Negara Islam Indonesia (NII) dan kasus terorisme.

"Hal itu terjadi karena tidak adanya pembentukan subjek warga negara demokratis di kalangan kaum muda di tengah maraknya fundamentalisme politik agama," katanya.

Ia mengatakan sejak awal demokratisasi, kelompok tersebut terus menghantui politik demokrasi, termasuk kini mengancam regenerasi demokrasi dengan melibatkan kaum muda dalam gerakan fundamentalisme politik.

Oleh karena itu, diperlukan etik politik dan sosial dengan menekankan pentingnya dimensi sosial dalam praktik keagamaan, mengakui perbedaan pandangan, dan memberikan peluang politik berbagai kelompok pandangan untuk mengartikulasikan pandangan mereka dalam praktik politik demokratis.

"Dalam hal ini keterbukaan demokrasi merupakan rumah paling ideal untuk berkembangnya etik tersebut," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM itu.

Sosiolog dari UGM Arie Sujito mengatakan kaum muda dijadikan sasaran fundamentalisme karena mereka dianggap sedang mengalami proses dan fase pencarian pikiran atau aliran baru.

"Ketika rasionalitas dan kesadaran kritis tidak bekerja di benak anak muda, maka doktrin yang menegasi realitas begitu mudah ditanamkan," katanya.

Menurut dia, untuk mengatasi maraknya indoktrinasi pada mahasiswa, tidak cukup sekadar mengejar atau menangkap para pencuci otak. Dalam jangka pendek, daya tekanan yang dialami kaum muda sebagai "korban" keyakinan paham keras atas agama perlu diurai dan dipulihkan secara psikologis.

"Dalam jangka panjang perlu menumbuhkan dan membangun ruang pembelajar kritis dan rasional di kampus dan masyarakat, serta menyemai semangat solidaritas berkomunitas," katanya.

Redaktur: Mukafi Niam
Sumber: Antara

 sumber : http://www.nu.or.id/page/id